Banda Aceh. Terima kasih Aceh kepada dunia yang digemakan oleh relawan Aceh Smart City berdampak luas bagi masyarakat. Pasalnya hal tersebut
bukan hanya bualan semata, akan tetapi konsep membangun Aceh dari
tingkat gampong benar-benar dijalankan dengan gencar oleh penggiat IT
Aceh di bawah komando Aceh Smart City.
Menjadi daerah dengan dampak terparah akibat tsunami tahun 2004 tidaklah menjadi alasan bagi Aceh untuk berada di level keterpurukan, akan tetapi menjadi langkah awal Aceh dalam berbenah diri menatap masa depan.
Masih banyak desa di seluruh Indonesia yang kondisinya bahkan lebih terisolir namun memiliki semangat berkembang dan maju yang sangat tinggi. Melalui acara nonton bareng Film ASADESSA sebagai salah satu rangkaian acara memperingati 11 Tahun Tsunami Aceh yang digelar di Main Hall Politeknik Aceh pada 25 Desember 2015 membuka wawasan dan pikiran generasi muda Aceh. Film ASADESSA berisikan geliat sejumlah desa-desa yang berada di pelosok Indonesia, namun berjuang bangkit untuk mengejar ketertinggalannya melalui pengembangan TIK.
Ada banyak permasalahan yang disuguhkan di film ini, diantaranya susahnya sinyal HP, untuk mendapatkan sinyal penduduk harus menuju tempat tertinggi di desa untuk mendapatkan sinyal, itupun tidak selalu berhasil. Melalui swadaya penduduk berusaha membangun perangkat tower penangkap sinyal telepon seluler agar desanya mendapatkan sinyal untuk berkomunikasi.
Tidak berhenti disitu saja, pengembangan Internet desa juga menunjang perekonomian warga desa, hal ini terlihat pada meningkatnya penghasilan warga setelah mengenal internet dan sosial media. Tak ayal banyak karya-karya kontemporer mampu dihasilkan penduduk berdasarkan informasi dari Internet.
Konsep yang sama dipakai oleh Aceh Smart City dalam membangun gampong. Dengan mengadakan pendampingan, gampong hari ini sudah memiliki Sistem Informasi Gampong dengan domain gampong.id, gampong juga sudah bisa membuat apps sebagai solusi masalah yang ada di gampong dan puncaknya mampu tampil di publik. Target ini berhasil dicapai, dibuktikan dengan tampilnya 12 gampong dengan 12 apps yang dibuat oleh Hackathon Aceh. Tidak berhenti disitu saja, salah satu aplikasi yang ditampilkan pada pitching gampong adalah buynad.com. Aplikasi ini mengusung jual-beli produk dari UKM gampong Lamteh di dunia maya. Tidak tanggung-tanggung, target pasar penjualan produk adalah pangsa pasar luar negeri. Hal ini disinyalir karena pasar luar negeri sangat menghargai hasil karya buatan tangan dengan sentuhan budaya khas suatu daerah.
Hal tersebut merupakan aplikasi dari hasil diskusi "Gampong Berteknogi" yang dilaksanakan pada Jum'at malam (25/12) setelah nonton bareng Film ASADESSA.
Dalam rangkaian acara puncak, Sabtu 26 Desember 2015 sebagai peringatan 11 Tahun Tsunami Aceh, dihadiri oleh Kang Aris sebagai perwakilan dari Kementrian Kominfo juga dilakukan pengukuhan Relawan TIK yang akan mengawal pembangunan Aceh kedepan. Dirasa tidak cukup, pada hari yang sama puluhan komunitas yang ada di Aceh mendeklarasikan gerakan "Komunitas Aceh Bersatu". Hal ini menjadi pertandanya bersatunya komitmen dari seluruh komunitas yang hadir dalam mendukung pembangunan Aceh pasca-tsunami 2004.
Dengan solidaritas yang tinggi dalam membangun Aceh, koalisi Komunitas Aceh Bersatu menegaskan bahwa momen 11 tahun tsunami menjadi start up pembangunan Aceh. Lebih lanjut, semangat yang lahir dari momen ini menargetkan tahun 2016 sebagai tahun konten dan apps dengan target lebih dari 2000 gampong memiliki SiGam dan beragam aplikasi untuk menyelesaikan masalah yang ada di gampong. Hal ini demi tercapainya tujuan event Festival Desa dari Kementrian dengan Aceh sebagai tuan rumah di tahun 2016
(Hafidz, 29 Desember 2015)
COMMENTS