Banda Aceh (24/01/2015) – Pertumbuhan pengguna internet di Indonesia dalam kurun waktu lima tahun terakhir meningkat dratis, sepanjang tahun 2015 diperkirakann sudah mencapai 100 juta pengguna. Masyarakat tidak dapat lagi melepaskan diri dari kegiatan komunikasi berbasis internet. Dari beberapa referensi, menunjukkan mayoritas pengguna internet adalah di usia pelajar – mahasiswa. Hal ini sangat memberikan banyak kemudahan dalam mengerjakan tugas sekolah/kampus, literatur dengan mudah didapatkan dalam hitungan detik dan jurnal-jurnal berskala internasional.

Namun disisi lain, internet penuh akan konten-konten negatif yang perkembangannya tidak dapat terbendung oleh pemerintah. Akhir tahun 2015 Aceh menduduki peringkat no 1 di Indonesia sebagai Provinsi pengakses Judi Online dan Pornografi. Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja karena pengguna internet di Aceh mayoritasnya adalah anak-anak dan remaja. Judi online tentu saja dapat memberikan kecanduan berlebih dan memicu tindak kejahatan apabila pengguna tidak memiliki uang sehingga mencuri merupakan sarana dalam mendapatkan uang yang paling mudah. Selain itu kecanduan terhadap pornografi juga sangat berbahaya terutama bagi anak-anak yang belum memiliki pengetahuan seks.

Seminar yang diadakan oleh Relawan TIK Kota Banda Aceh dan Aceh Smart City yang bekerja sama dengan Pemko Banda Aceh menghadirkan  Direktur Pemberdayaan Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika Ibu Septriana Tangkary. Menurutnya orang tua harus masuk ke dunia maya untuk mamantau aktivitas anak. “Para orang tua sediakanlah waktu 10 menit saja dalam sehari untuk berkomunikasi kepada anak, berikan pemahaman akan privasi di Internet dan pantau aktivitas anak di dalamnya” ujarnya. Selain itu tindak kejahatan sangat dekat kepada anak-anak di dunia internet, mulai dari penculikan anak, pedofilia, radikalisme, SARA dan lain-lain setiap harinya dapat membahayakan anak maupun pola pikir anak.

Menanggapi semakin buruknya penggunaan Internet di Kota Banda Aceh, Relawan TIK Kota Banda Aceh mengadakan Seminar Internet Sehat yang bertema “Sosialisasi dan Solusi Internet Bernuansa Syariah Bagi Generasi Muda Aceh”. Seminar ini dilakukan sebagai aksi cepat dari FGD “Internet Bernuansa Syariah” yang dilaksanakan pada hari Jum’at (22/1) di Aula Bappeda Aceh. Generasi muda Aceh berkumpul dalam wadah yang dikenal dengan Relawan TIK Kota Banda Aceh yang secara resmi sudah dilantik oleh Pemerintah Kota Banda Aceh dalam hal ini Asisten Administrasi Umum Setda kota Banda Aceh Nurdin S Sos. Turut berhadir Ketua Relawan TIK Indonesia Indriyatno Banyumurti dan Donny Bu dari ICT Watch pada seminar ini.

Relawan TIK Kota Banda Aceh merupakan komunitas di bawah naungan Kementrian Kominfo Indonesia selanjutnya akan menjalin kerja sama dengan seluruh SKPD Kota Banda Aceh untuk menumbuhkan konten-konten positif. Lebih lanjut ketua panitia seminar Fakrullah Maulana juga mengajak peserta seminar untuk mulai menulis di blognya masing-masing yang berisi konten positif. “Kita sadar bagaimana pengaruh negatif dari internet, karenanya perlu kita dorong semua pihak untuk menciptakan internet yang bernuansa syariah di kota Madani ini dengan memperbanyak tulisan dan selanjutnya diposting di dunia digital” ujarnya.

Sebelumnya pemerintah Aceh telah menyusun acuan bagi Dinas/badan/lembaga dan masyarakat langkah-langkah strategis dalam pencegahan dan penaganan pornografi di Aceh, seperti tercantum dalam Pergub. Aceh Nomor 66 Tahun 2015 Tentang Rencana Aksi Provinsi Pencegahan dan Penaganan Pornografi di Aceh tahun 2015-2019. Pemerintah tidak dapat bergerak dan bekerja sendiri, dibutuhkan kerja sama seluruh pihak untuk melawan konten negatif. Pemblokiran situs-situs judi online dan pornografi tidak efektif dilakukan karena setiap hari ada 1000 situs baru yang lahir, memberdayakan konten negatif adalah solusi untuk melawan dampak negatif dari Internet.



Penulis : Hafidz Fadilloh (Ketua Divisi SDM Relawan TIK Kota Banda Aceh).